Rabu, 03 Juni 2015

Makalah Ilmu Tauhid: Ruang Lingkup Al-Wasithah Al-Wasilah



RUANG LINGKUP AL-WASITHAH/AL-WASILAH
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ilmu Tauhid
Dosen : Riza Zahriyah Falah, M.Pd.I
  
Disusun oleh :
1.                                                                               Siti Nikmatul Hasanah          1410110542
2.                                                                                 Muh. Amiruddin Mushoffa   1410110547
3.                                                                              Zaenal Muttaqin                    1410110549
Kelas : O PAI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015

A.    Latar Belakang
      Setelah kita mempelajari keimanan yang pertama (al-Mabda), yaitu tentang keimanan kita kepada Allah SWT dan qadha’ qadarnya, maka selanjutnya kita akan membahas tentang keimanan yang selanjutnya setelah iman kepada Allah SWT (al-Wasithah).
      Keimanan selanjutnya setelah al mabda’ yaitu mempelajari keimanan kepada mahkluk Allah yang memperantarai kita untuk beriman kepadaNya. Seperti yang kita ketahui bahwasannya Allah telah menciptakan mahluk yang bernama malaikat. Tentunya Allah menciptakan sesuatu pasti ada maksudnya, begitupun penciptaan malaikat. Malaikat adalah mahluk gaib yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala manusia. Telah dijelaskan dalam al-Qur’an bahwasannya para malaikat memiliki tugas – tugas tertentu. Allah memerintahkan manusia untuk beriman kepada malaikat.
      Salah satu tugas malaikat yaitu menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan rasul. Nabi dan rasul adalah manusia pilihan Allah yang ditugaskan untuk memperbaiki ahklaq umat manusia di dunia ini. Manusia diciptakan dengan tujuan untuk menyembah Allah. Cara – cara penyembahan manusia kepada Allah dijelaskan oleh para nabi dan rasul. Akan tetapi seiring berjalannya waktu manusia sering lalai dan menyimpang dari  ajaran nabi dan rasul, karena manusia adalah mahluk Allah yang sering lupa dan berbuat salah. Oleh karena itu harus ada yang mengingatkan dan membimbing manusia agar terhindar dari penyimpangan, nah inilah tugas dari nabi dan rasul.
      Dalam menyampaikan dakwahnya para nabi dan rasul dibekali oleh Allah dengan kitab suci. Kitab - kitab suci ini berisikan ajaran – ajaran untuk mengesakan Allah dan tuntunan dalam berhubungan dengan dengan sesama mahluk Allah. Dengan mengimani dan mengamalkan isi kandungan dari kitab – kitab Allah manusia akan hidup bahagia di dunia dan akhirat.

B.     Rumusan Masalah
      Dari uraian penjelasan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah mengenai keimanan al wasithah, antara lain sebagai berikut:
1.      Apa pengertian, hakikat, sifat, dan tugas malaikat?
2.      Apakah pengertian, sifat, dan tugas para nabi dan rasul?
3.      Apa sajakah kitab – kitab Allah yang wajib kita imani?



C.    Pembahasan
a.      Iman kepada Malaikat
1.      Pengertian malaikat
   Jika dilihat secara bahasa (lughawi), maka kata “malaikah” yang dalam bahasa indonesia disebut “malaikat”, adalah bentuk jamak dari kata “malak”, yang berasal dari masdar “al-alukah” yang berarti ar-risalah (misi atau pesan). Sedangkan yang membawa misi disebut ar-rasul (utusan). Dalam beberapa ayat al-quran, malaikat disebut dengan rusul (utusan- utusan) misalnya pada ayat berikut:
ôs)s9ur ôNuä!%y` !$uZè=ßâ tLìÏdºtö/Î) 2uŽô³ç6ø9$$Î/ (#qä9$s% $VJ»n=y ( tA$s% ÖN»n=y ( $yJsù y]Î7s9 br& uä!%y` @@ôfÏèÎ/ 7ŠÏYym ÇÏÒÈ
69.  Dan Sesungguhnya utusan-utusan kami (Malaikat-malaikat) Telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," Maka tidak lama Kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.[1]
   Ada juga yang berpendapat bahwa kata malak terambil dari kata  la’aka yang berarti menyampaikan sesuatu. Sehingga malak/malaikat adalah makhluk yang menyampaikan sesuatu dari Allah swt. dan asapula yang mengatakan, malaikat berasal dari bahasa arab malak yang artinya kekuatan.[2]
   Dari  beberapa pengertian kebahasaan ini, dapat diambil penertian bahwa malak/malaikat adalah mahluk yang berkedudukan sebagai rasul atau utusan yang membawa misi tertentu dari yang mengutusnya, yang dalan hal ini Allah swt.
2.      Jumlah malaikat
   Malaikat adalah makhluk Allah yang sifatnya gaib, jadi mengenai berapa jumlah malaikat hanya Allah Swt. dan rasul-Nya yang tahu. Di dalam al qur’an dan hadis terkadang disebutkan mengenai kuantitas malaikat. Seperti dalam hadis berikut ini, yang artinya “dari Ali ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘barang siapa mengunjungi saudaranya sesama muslim maka ia seakan berjalanan di bawah pepohonan surga hingga ia duduk, jika telah duduk maka rahmat akan melingkupinya. Jika mengunjunginya di waktu pagi, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat kepadanya hingga sore hari, dan jika ia mengunjunginya di waktu sore, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat kepadanya hingga pagi hari.” (H.R. Ibnu Majah)
   Dari hadis diatas dapat diketahui bahwasannya jumlah malaikat itu banyak sekali. Akan tetapi nama – nama malaikat yang wajib kita ketahui hanya sepuluh saja, sebagaimana yang telah disebutkan daam qur’an maupun hadis. Banyaknya jumlah malaikat tersebut, menunjukkan bahwa betapa mahakuasa Allah Swt.
3.      Substansi dan sifat – sifat malaikat
   Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya (nur). Raganya terbuat dari cahaya, lantas diberi ruh oleh Allah. Maka jadilah ia makhluk malaikat. Rasulullah menginformasikan, “malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua.” (HR. Muslim)
   Karena malaikat tercipta dari cahaya, maka tentu mereka mewarisi sifat – sifat cahaya. Diantaranya malaikat tidak bisa kiat lihat, dan mereka mampu bergerak secepat cahaya.
   Kemudian malaikat tidaklah sama satu sama lain mengenai bentuk penciptaannya. Mereka memiliki sayap, sebagaimana yang telah diterangkan oleh Allah sendiri. Diantara mereka ada yang punya dua sayap, ada yang tiga atau empat, dan ada yang punya lebih banyak lagi. Allah swt. berfirman:
ßôJptø:$# ¬! ̍ÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur È@Ïã%y` Ïps3Í´¯»n=yJø9$# ¸xßâ þÍ<'ré& 7pysÏZô_r& 4oY÷V¨B y]»n=èOur yì»t/âur 4 ߃Ìtƒ Îû È,ù=sƒø:$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÈ
1.  Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
   Sedangkan bagaimana bentuk sayap tersebut, tentu saja kita tidak bisa mengetahuinya dan memang tidak perelu untuk berusaha menyellidikinya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa malaikat adalah mahluk gaib yang hakikatnya hanya Allah yang mengetahuinya.
   Seperti apa yang diungkapkan Muhammad Abduh bahwasannya menurut ulama Salaf, malaikat adalah makhluk Allah yang keberadaan dan tugas – tugasnya telah diinformasikan oleh-Nya. Kita wajib mengimaninya dan tidak perlu mengetahui hakikatnya. Pengetahuan mengenai hakikat malaikat sepenuhnya diserahkan kepada Allah SWT. Kalau pun diinformasikan bahwa malaikat itu bersayap, kita harus mempercyai hal itu. Tetapi perlulah dipahami bahwa  sayap malaikat tentu bukan seperti sayap burung yang berbulu, sebab jika sayap malaikat seperti sayap burung niscaya kita bisa melihatnya. Demikian pula jika diinformasikan bahwa malaikat menjalankan tugas tertentu yang berkait dengan dimensi fisik (jasmaniah), semacam tumbuh – tumbuhan atau lautan, kita perlu menegaskan bahwa di alam ini terdapat alam lain yang keterkaitannya sangat erat dengan sistem atau hukum – hukum alam itu sendiri. Akal  tidak bisa memutuskan hal itu sebagai suatu yang mustahil, melainkan sebagai suatu yang mungkin, sejalan dengan penegasa wahyu yang memberitakan hal tersebut.[3]
   Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu sebagaimana manusia. Mereka tidak memiliki keinginan apapun yang sersifat fisik dan juga kebutuhan yang bersifat materiil. Mereka tidak menikah atau beranak. Mereka tidak makan, minum, atau tidur seperti manusia. Mereka juga tidak pernah ditimpa sakit, bertambah tua atupun bertanbah muda. Keadaan mereka sekarang sama persis seperti ketika diciptakan.
tbqßsÎm7|¡ç Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur Ÿw tbrçŽäIøÿtƒ ÇËÉÈ
20.  Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.(al-Anbiyaa’:20)
   Kelaziman dari sifat ini menunjukan bahwa malaikat tidak tidur, tidak makan, tidak minumn, dan tidak merasa lelah.
ôs)s9ur ôNuä!%y` !$uZè=ßâ tLìÏdºtö/Î) 2uŽô³ç6ø9$$Î/ (#qä9$s% $VJ»n=y ( tA$s% ÖN»n=y ( $yJsù y]Î7s9 br& uä!%y` @@ôfÏèÎ/ 7ŠÏYym ÇÏÒÈ $¬Hs>sù !#uäu öNåkuÏ÷ƒr& Ÿw ã@ÅÁs? Ïmøs9Î) öNèdtÅ6tR }§y_÷rr&ur öNåk÷]ÏB ZpxÿÅz 4 (#qä9$s% Ÿw ô#ys? !$¯RÎ) !$uZù=Åöé& 4n<Î) ÏQöqs% 7Þqä9 ÇÐÉÈ
69.  Dan Sesungguhnya utusan-utusan kami (Malaikat-malaikat) Telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," Maka tidak lama Kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.
70.  Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth.".(Q.S. Huud: 69-70)
   Malaikat adalah kekuatan – kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah serta ketentaun Allah swt. mereka sama sekali tidak pernah dan tidak akan pernah mendurhakai Allah atas segala perintahNya. Kema’shuman malaikat dari perbuatan durhaka ini sebagaimana diterangkan dalam firman Allah swt.
žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ
6.  ........yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
4.      Tugas – tugas malaikat
   Masing – masing dari malaikat memegang dan mengemban tugas dan kewajibannya masing – masing. Diantara nama dan tugas malaikat yang disebutkan dalam al-Qur’an atau al-Hadis adlah sebagai berikut:
1.      Jibril
Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah:97 dan asy-Syu’ara: 193-194, bahwasannya malaikat jibril bertugas menyampaikan wahyu.
2.      Mikail
Mikail adalah malaikat yang diserahi urusan rizki, makanan dan hujan serta pembagiannya menurut kehendak Allah. Hal ini ditunjukkan oleh hadis yang dirisayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda, “tatkala seorang laki – laki berada di tanah lapang (gurun) dia mendengar suara di awan, ‘siramlah kebun fulan,’ maka menjauhlah awan tersebut kemudian menumpahkan air disuatu tanah yang berbatu hitam, maka saluran air di situ dan saluran – saluran yang telah memuat air seluruhnya...” (HR. Muslim)
3.      Israfil
Malaikat yang diserahi terompet , yaitu Israfil. Ia meniupnya sesuai dengan perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan tiga kali tiupan: tiupan faza’ (ketakutan), tiupan sha’aq (kematian) dan tiupan ba’ts (kebangkitan). Begitulah yang disebut Ibnu Jarir dan mufassir lainnya ketika menafsiri firman Allah: “…di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan nampak. Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.” (Al-An’am: 73). Dan firman Allah: “…kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu kami kumpulkan mereka itu semuanya.” (Al-Kahfi: 99). Dan ayat-ayat lainnya yang ada sebutan, “an-nafkhu fishshur” (meniup terompet).
4.      Izrail
Malaikat yang ditugasi mencabut ruh, yakni malaikat maut dan rekan-rekannya. Tentang tugas malaikat ini Allah berfirman:  “Katakanlah, ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmu-lah kamu akan dikembalikan.” (As-Sajdah: 11). “…sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajiban.” (Al-An’am: 61).
5.      Ridwan
Para malaikat penjaga Surga. Allah Subhannahu wa Ta'ala mengabarkan mereka ketika menjelaskan perjalanan orang-orang bertakwa dalam firman-Nya:  “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam Surga berombong-rombong (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke Surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, ‘Kesejahteraan (dilim-pahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah Surga ini, sedang kamu kekal didalamnya.” (Az-Zumar:73).
6.      Malik
Para malaikat penjaga Neraka Jahannam, mereka itu adalah Zabaniyah. Para pemimpinnya ada 19 dan pemukanya adalah Malik. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah ketika menyifati Neraka Saqar: “Tahukah kamu apakah (Neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan malaikat.” (Al-Muddatstsir: 27-30). Dan Allah bercerita tentang penduduk Neraka: “Mereka berseru, ‘Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja’. Dia menjawab, ‘Kamu akan tetap tinggal (di Neraka ini).” (Az-Zukhruf: 77).
7.      Mungkar dan nakir
Yaitu malaikat yang tugasnya menanyai manusia dalam kubur
8.      Rakib dan atid
Para malaikat yang ditugaskan mengawasi amal seorang hamba, amal yang baik maupun amal yang buruk. Mereka adalah Al-Kiram Al-Katibun (para pencatat yang mulia). Mereka masuk dalam golongan Hafazhah (para penjaga), sebagaimana firman Allah: “Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” (Az-Zukhruf: 80). “(Yaitu) ketika dua malaikat mancatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf: 17-18). “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Infithar: 10-12).
Dan ayat-ayat serta hadits-hadits yang menyebut tentang mereka banyak sekali.

b.      Iman kepada para nabi dan rosul
1.      Pengertian nabi dan rasul
Nabi adalah seorang laki – laki yang dipilih oleh Allah untuk menerima wahyu untuk dirinya sendiri dan tidak diwajibkan untuk disampaikan wahyu itu kepada orang lain. Rasul adalah  seorang laki – laki yang dipilih oleh Allah untuk menerima wahyu untuk dirinya sendiri dan diwajibkan untuk disampaikan wahyu itu kepada seluruh manusia.[4]
Rosul adalah manusia yang memiliki keistimewaan dengan wahyu.  Allah berfirman kepada nabi muuhammad SAW., ”katakanlah, ‘sesungguhnya aku ini hanyalah manusia seperti kalian, namun aku diberi wahyu.” (alkahfi : 110). Rosul itu adalah seperti kita dalam struktur tubuhnya dan tabiat penciptaannya.  Namun kita semua  tidaklah sperti rosul itu dalam segi akhlaqnya, keistimewaan – keistimewaanya, dan ketangguhannya. [5]
Semua Rasul yang pernah diutus Allah sepanjang sejarah manusia sesungguhnya mereka adalah manusia – manusia biasa juga. Selaku manusia mereka juga memiliki sifat – sifat kemanusiaan yang umum seperti: makan, minum, tidur, berumah tangga, kawin, hidup dan bergaul dalam masyarakat, kemudian mati. Selanjutnnya mereka pun berkata -  kata dan berbicara menurut bahasa dari bangsa atau unur di mana mereka diutus. Artinya, tidak pernah mengutus seorang Rasul kepada umat manusia dari jenis malaikat atau bangsa jin. Hanya saja mereka diberi kelebihan atau keistimewaan dibanding manusia biasa. Sebagaimana seorang pemimpin dalam suatu organisasi, sudah barang tentu dia harus memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan para anggota lainnya.
2.      Sifat – sifat nabi dan rasul
Para rasul memiliki empat sifat keistimewaan yang merupakan kelebihan mereka dari manusia lainnya dikenal dengan sifat – sifat wajib rasul. Pertama, sifat benar atau siddiq. Seorang rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatannya. Mustahil dia berkata dusta. Sebab semua manusia diwajibkan mengikuti segala tutur katanya, membenarkan dan meniru sikap hidupnya. Kedua, kepercayaan atau amanah. Seorang rasul mustahil khianat, baik mengkhianati manusia lebih – lebih mengkhianati tuhan. Dia wajib menunaikan amanat yang dibebankan kepadanya berlaku jujur sekalipun harus ditebus dengan  jiwa raganya. Ketiga menyampaikan atau tablig. Seorang rasul mustahil menyembunyikan sesuatu tentang apa yang telah diwahyukan     Tuhan kepadanya. Segala perintah atau larangan Tuhan yang diterimanya sebagai wahyu harus disampaikannya dengan haq kepada manusia, baik itu pahit atau dianggap membahayakan dirinya, yang benar wajib disampaikannya. Keempat, sifat kecerdasan atau fatonah. Artinya seorang rasul mustahil seorang yang bodoh atau lemah akalnya akan tetapi dia wajib memiliki kekuatan berfikir dan kemampuan rasio yang tinggi. Sebagai utusan Tuhan tentu sifat kecerdasan wajib dia miliki dalam mengemukakan keterangan-keterangan dengan argumentasi-argumentasi yang jitu sehingga manusia dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan dan diajarkannya. [6]
Kemudian sifat-sifat materiil yang menyertainya ialah para rasul itu berasal dari keluarga-keluarga dan keturunan yang terhormat. Rasul itu memiliki kesajahteraan jasmaniah, wajah-wajah dan bentuk tubuh mereka menarik lagi sempurna. Artinya mereka tidak mempunyai cacat jasmaniyah yang mana memungkinkan manusia jijik dan menghindar dari padanya.
3.      Jumlah Nabi dan Rasul
Tentang jumlah para nabi/rasul tidaklah diketahui secara pasti. Sebagian ulama berkata rasul itu berjumlah 313 orang, dan nabi berjumlah 124000 orang. Dari sekian banyak nabi/ rasul tersebut, mayoritas memang tidak manusia ketahui. Mengenai hal ini Allah berfirman:
ôs)s9ur $uZù=yör& Wxßâ `ÏiB y7Î=ö7s% Oßg÷YÏB `¨B $oYóÁ|Ás% y7øn=tã Nßg÷YÏBur `¨B öN©9 óÈÝÁø)tR šøn=tã 3 $tBur tb%x. @AqßtÏ9 br& šÎAù'tƒ >ptƒ$t«Î/ žwÎ) ÈbøŒÎ*Î/ «!$# 4 #sŒÎ*sù uä!$y_ ãøBr& «!$# zÓÅÓè% Èd,ptø:$$Î/ uŽÅ£yzur šÏ9$uZèd šcqè=ÏÜö6ßJø9$# ÇÐÑÈ
78.  Dan Sesungguhnya Telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepadamu. tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; Maka apabila Telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. dan ketika itu Rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.(al-Mukmin: 78)
Sebenarnya quran tidak pernah menyebutkan jumlah mereka secara pasti. Nama – nama nabi/rasul diabadikan Allah dalam al-quran ada 25. Delapan belas nama dari mereka disebut dalam Q.S. Al-an’am ayat 83 - 86, mereka adalah : Ibrahim, Ishaq, Ya’kub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Yakaria, Yahya, Isa, Hyasa, Ismail, Ilyas, Yunus dan Luth. Yang tujuh lagi tersebar penyebutannya dalam surat-surat lain, mereka itu adalah Adam, Idris, Shaleh, Syu’aib, Hud, Zulkifli dan Muhammad SAW.[7]
4.      Tugas para rasul
Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengutus para rasul kecuali untuk mengajarkan kepada umat manusia tentang kebaikan, memberikan peringatan akan siksa Allah, dan menjauhkan tindak kejahatan.
Allah Ta’ala berfirman:
“manusia itu adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus  para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan...” (al-Baqarah: 213)
Para Rasul memiliki kesamaan tugas, atau dengan istilah lain, mereka memangku suatu “ walidatur risalah Ilahiyah” (kesatuan misi ketuhanan). Syeh Muhammad Abduh berkata: nilai kedudukan mereka diantara bangsa – bangsa, tak ubahnnya seperti kedudukan akal pada diri tiap – tiap orang.” Tugas para rasul tugas rohaniah, misi spiritual. Mereka bertugas memimpin manusia untuk mengenal Tuhannya dengan pengetahuan yang haq. Bertugas mengajar manusia tentang akidah dan ibadah menurut garis Tuhan. Menuntun manusia dalam hidup duniawi dan menyucikan rohaninya, bebas dari perbudakan hawa nafsu, agar menjadi manusia berakhlaq mulia menjadi “insan kamil” (manusia sempurna).
Mereka memimpin manusia agar sadar dengan fitrahnya dan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Tegasnya para rosul itu bertugas memimpin manusia agar hidup sejahtera dan bahagia di dunia dan akhirat.[8]
5.      Mukjizat para rasul
Yang paling esensial yang menjadi bukti kerasulan seorang rasul ialah mu’jizat. Mu’jizat adalah kemampuan luar biasa atau perbuatan ajaib yang dimiliki seorang rasul, yang menyalahi kebiasaan. Ia tidak dapat ditandingi atau ditiru oleh manusia biasa. Setiap rasul yang diutus oleh Tuhan, selalu dipersenjatai dengan mu’jizat. Nabi Ibrahim mendapat mu’jizat dari Tuhan, tidak terbakar dalam api ketika dibakar oleh raja Namrud; Nabi Musa mempunyai mu’jizat dapat membelah laut merah dengan tongkatnya; Nabi Sulaiman dapat mengerti bahasa-bahasa binatang dan memerintahnya; Nabi Isa dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan manusia. Dan akhirnya Nabi Muhammad SAW. Sebagai penutup seluruh nabi dan rasul, dari sekian banyak mu’jizat beliau ialah Al-quran. [9]
Dengan adanya mu’jizat ini manusia dengan rasio yang sehat dapat membenarkan dan menerima seruan para rasul tanpa syak atau ragu. Karena bagi orang yang mau berpikir adanya mujizat ini, dapat membantu mereka dalam menerima ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul. Dengan adanya mukjizat ini pula, orang – orang kafir atau yang menentang nabi dan rasul akan merasa di rugikan dan dipojokkan lagi, dan meraka akan merasa dibuat tak berdaya untuk menolak risalah yang dibawa oleh para nabi dan rasul.

c.       Iman kepada kitab – kitab Allah
         Sebagai konsekwensi logis dari kepada malaikat ialah iman kepada wahyu Tuhan atau kitab – kitabnya. Bahwa menurut murtada muthohari, iman kepada wahyu merupakan salah satu ciri orang bertaqwa, oleh karena itu menurut sistem keyakinan islam, setiap orang mukallaf wajib mengimani kitab – kitab yang diturunkan Tuhan kepada para rasulNya.[10]
         Setiap Rasul yang diutus Tuhan kepada manusia dipersenjatai dengan kitab. Kitab itulah yang menjadi pedoman memimpin baginya dan kitab itulah yang menjadi namus atau undang- undang untuk manusia yang dibimbingnya. Iman kepada kitab- kitab Allah merupakan salah satu dari rukun iman. Wajib beriman kepada kitab – kitab Allah yang pernah diturunkan kepada para rasulNya; sebagainama sistem iman kepada rasul, maka pengengkaran terhadap seluruh kitab Allah. Sebab itulah kita wajib beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim, Taurat yang diturunkanNya kepada Musa, Zabur yang disampaikan kepada Nabi Daud, Injil yang diwahyukan kepada Nabi Isa putra Maryam, dan yang terakhir Kitab Alquran yang di nuzulkan kepada Nabi Muhammad SAW. [11]
         Kitab Taurat yang diwahyukan kepada Nabi Musa didalamnya terdapat berbagai syariat dan hukum agama yang sesuai dengan tempat dan kondisi masa itu.  Taurat menerangkan akidah-akidah , yang benar, janji-janji Allah dan ancamannya. Dan dalam Taurat ada keterangan yang tegas tentang akan datanya nabi Muhammad SAW. Sebagai kunci para nabi dan para rasul, untuk mengantikan ajaran- ajaran sebelumnya. Kitab Zabur mengandung didalamnya beberapa doa, zikir, pengajaran dan hikmat. Hukum agama dan syariat tidak ada didalamnya, karena nabi Daud dalam sejarah kenabian mengikut dan menurut hukum Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa A.S. Injil bertujuan menerangkan beberapa hukum dan mengajak manusia kembali kepada akidah tauhid. Dan Injil bertugas mengadakan perbaikan agama bani Israil yang telah kacau dan menyeleweng. Injilpun menarangkan tentang hal kedatangan kelak Nabi Muhammad SAW. Kitab ini mengikut kepada Taurat Musa.[12]
         Quran sebagai sumber keyakinan menerangkan kepada kita bahwa kitab –kitab Taurat, Zabur dan Injil tidak adalagi diatas dunia ini. Addapun yang dianggap orang sebagai Taurat, Zabur dan Injil sekarang ini berada ditangan orang – orang Yunani dan Masehi, Quran menjelaskan kepada kita bahwa kitab – kitab tersebut didak asli lagi, manusia menukar isinya dan mereka telah mencampur adukkan dengan buah pikiran mereka sendiri.
         Keistimewaan Quran dan kitab – kitab yang lain
Ø  Perbedaan dengan kitab – kitab lain sebagai berikut :
1.      Kitab – kitab suci yang ada dalam kalangan berbagai bangsa itu hanya ditujukan kepada suatu golongan tertentu.
2.      Bahwa teks asli dari kitab – kitab yang telah lalu itu telah hilang sama sekali yang ada hanya salinannya saja pada hari ini.
3.      Kitab-kitab suci yang telah lalu dikirim dalam bahasa yang telah mati sejak beberapa abad silam
4.      Kitab – kitab yang telah lau itu telah bercampur aduk antara wahyu – wahyu Tuhan dengan perkataan- perkataan manusia.
5.      Sejarah turunnya ayat –ayat dan kalimat –kalimat kitab – kitab itu serta sejarah penulisannya telah kabur. “ ia sama sekali tidak mengandung dasar – dasar sejarah walaupun pada surat – surat yang paling pendek, dimana dasar – dasar itu sangat fundamentil bagi kitab samawi atau bagi ajaran-ajaran seorang nabi”.
Ø  Fungsi Alquran terhadap kitab – kitab suci lain
1.      Quran membenarkan apa yang termasuk dalam kitaba – kitab suci yang lain akan tetapi juga menguji kemurniaan dari kitab – kitab suci yang lain.
2.      Quran sebagai korektor terhadap kitab – kitab suci lain sekarang ini
3.      Quran sebagai penyempurna. Kitab – kitab dahulu tidak universil ajarannya. Perundang – undangannya yang terkandung didalamnya pada umumnya hanya sesuai dengan masa dan tempat dimana kitab- kitab itu diturunkan.
Berdasarkan atas kenyataan objektif kitab –kitab itu dan penegasan quran maka kita tidak boleh beriman kepada apa yang dinamakan kitab Taurat , Zabur dan Injil sekarang ini.

























D.      Kesimpulan
               Malaikat adalah mahluk Allah yang keberadaan dan tugas – tugasnya telah diinformasikan oleh Allah swt. dalam al-Qur’an. Kita wajib mengimaninya dan tidak perlu mengetahui hakkatnya, kecuali apa yang sudah diterangkan dalam al-Qur’an. Pengetahuan mengenai hakikat malaikat sepenuhnya diserahkan pada Allah swt. mereka adalah hamba yang Allah yang mulia, tidak  pernah durhaka, tidak maksiat, dan tidak pernah menentang Allah. Mereka tidak mempunyai hawa nafsu sepertti manusia. Oleh karena itu mereak tidak makan, tidak minum, dan tidak menikah.
               Nabi dan rasul adalah seorang laki- laki yang diberi wahyu oleh Allah swt. namun perbedaannya kalau nabi tidak berkewjiban menyampaikan wahyu  kepada manusia, sedangkan para rasul diberi tugas untuk menyampaikan wahyu kepada manusia. Para rasul bertugas mengajak manusia untuk menyembah Tuhannya dengan pengetahuan yang haq. Bertugas mengajar manusia tentang akidah dan ibadat menurut garis tuhan. Menuntun manusia dalam hidup duniawi dan menyucikan rohaninya, bebas dari perbudakan hawa nafsu, agar menjadi manusia berakhlaq mulia.
               Kitab Allah yang wajib kita imani ada 4 yaitu, al-Qur’an, zabur, taurat, dan injil. Kitab tersebut berisi tentang ajaran ketauhidan dll. Oleh karena itu, menurut sistem keyakinan Islam, setiap orang mukallaf wajib mengimani kitab – kitab yang yang diturunkan Tuhan kepada pada para rasul-Nya. Akan tetapi sekarang hanya kitan al-Qur’an sajalah yang isinya masih asli.
               Keimanan dan pengetahuan tentang malaikat, nabi dan rasul, serta kitab – kitab Allah adalah jalan penghubung kita untuk bisa beriman kepada Allah dengan sebaik – baiknya.








DAFTAR PUSTAKA

Asy-Syafrowi, Mahmud. Mengundang Malaikat ke Rumah. Yogyakarta: Mutiara Media. 2010.
Nawawi, Rif’at Syauqi. Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh:Kajian Masalah Akidah dan Ibadat. Jakarta: Paramadina. 2002.
Al-mawsu’ah lil-athfal al-muslimin (ensiklopedia untuk anak – anak muslim). jilid 3. Grasindo: Bandung 2007.
Al-Tantawi, Ali. Definisi Umum Tentang Aqidah Islamiyah. alih bahasa: Isnawati Ismail. Jeddah: Daar al-Manara, 2000.
Mufid, Fathul.  Ilmu Tauhid/Kalam. Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Kudus. 2009.



[1] Mahmud Asy-Syafrowi, Mengundang Malaikat ke Rumah, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2010), hlm. 11-12
[2] Ibid, hlm. 12
[3] Rif’at Syauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh:Kajian Masalah Akidah dan Ibadat, (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm. 132
[4] Al-mawsu’ah lil-athfal al-muslimin (ensiklopedia untuk anak – anak muslim), jilid 3, (Grasindo: Bandung, 2007), hlm. 73
[5] Ali Al-Tantawi, Definisi Umum Tentang Aqidah Islamiyah, alih bahasa: Isnawati Ismail, (Jeddah: Daar al-Manara, 2000), hlm. 177
[6] Fathul Mufid, Ilmu Tauhid/Kalam, (Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Kudus, 2009), Hlm. 44
[7] Fathul Mufid, Ilmu Tauhid/Kalam, (Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Kudus, 2009), Hlm. 46
[8] Fathul Mufid, Ilmu Tauhid/Kalam, (Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Kudus, 2009), Hlm. 43
[9] Fathul Mufid, Ilmu Tauhid/Kalam, (Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Kudus, 2009), Hlm. 45
[10] Rif’at Syauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh:Kajian Masalah Akidah dan Ibadat, (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm. 140-141
[11] Fathul Mufid, Ilmu Tauhid/Kalam, (Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Kudus, 2009), Hlm. 53
[12] Ibid, hlm. 53-54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar