MANUSIA dan POTENSI PENDIDIKANNYA
Makalah
Disusun
Guna Memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Hadits II (Tarbawi)
Dosen
Pengampu : Hj. Istianah
Disusun
Oleh:
Kelas
PAI-O semester 3
Muhammad Haidarullah: 1410110559
Endy
Norviko: 1410110546
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam Al-Qur’an dan Hadits merupakan penjelasan
pemikiran-pemikiran tentang aqidah, hukum,
cerita, solusi, sistem kehidupan, janji dan ancaman. Selain itu, menjelaskan
begitu rinci aturan-aturan dalam kehidupan manusia sebagai khalifah di bumi
serta meningkatkan derajat manusia dan berusaha menjadi makhluk yang mulia.
Untuk mencapai itu, perlu sebuah proses dalam kemajuan dan potensi
pendidikannya dilakukan dengan benar.
Allah tidak akan menggolongkan manusia kedalam
golongan binatang selama manusia mampu mempergunakan akal dan karunia Tuhan
lainnya demi menjaga keseimbangan bumi sebagai khalifah di bumi. Dengan kata
lain, manusia harus mampu memaksimalkan potensi-potensi dalam dirinya tak
terkecuali potensi pendidikannya. Yang mana bila tidak dimaksimalkan maka
kehidupan manusia kurang bermakna.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat didapatkan beberapa rumusan masalah, yaitu
1.
Bagaimana konsep potensi (fitrah) manusia?
2.
Bagaimana konsep potensi pendidikan manusia?
3.
Bagaimana analisa pendidikan manusia berdasarkan hadits
Nabi Muhammad Saw?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Potensi
(Fitrah) Manusia
Hakikat manusia menurut Islam adalah wujud
yang diciptakan. Dengan penciptaan manusia ini, manusia telah diberi oleh
penciptanNya (Allah) potensi-potensi untuk hidup yang –dalam hal ini-
berhubungan dengan konsep fitrah manusia.[1]
Menurut pemikiran Islam, manusia sejak
dilahirkan telah dibekali oleh Allah dengan fitrah. Kata fitrah berasal
dari kata fatara yang arti sebenarnya adalah “membelah” atau “membuka”.[2] Ditinjau
dari segi bahasa fitrah berarti “ciptaan, sifat tertentu yang mana setiap yang
ada atau maujid disifati dengannya pada awal masa penciptannya, sifat pembawa
manusia (yang ada sejak lahir), agama, as-sunnah”. Istilah fitrah ini hanya
digunakan untuk manusia, sebagaimana halnya dengan naluri fitrah ini hanya
digunakan untuk manusia sebagaimana halnya dengan naluri dan watak, fitrah
merupakan bawaan sejak alami.[3]
Fitrah dalam bahasa psikologi disebut
potensialitas atau disposisi, dalam aliran psikologi Behaviorisme adalah propotence
reflexes (kemampuan dasar secara otomatis dapat berkembang).[4]
Jadi fitrah itu merupakan suatu bawaan yang melekat pada manusia yang dibawa
sejak lahir yang merupakan suatu potensi yang ada setiap diri manusia.
Istilah fitrah dalam al-Qur’an terdapat dalam
surat Ar-Rum: 30 artinya: “Maka hadpkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menjadikan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Dari ayat diatas menunjukkan bahwa fitrah
berkaitan agama tauhid. Hal ini diperkuat dengan surat Al-A’raf: 172 artinya: “Dan
(ingatlah ) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
(iga) mereka dan Allah memanggil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukanlah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab “Betul Engkau Tuhan
kami” kami menjadi saksi”.[5]
Dari ayat diatas menunjukkan bahwa potensi
tauhid tidak ada seorangpun dapat menghindarinya, karena fitrah ini merupakan
bagian dari penciptaan Allah yang diberikan kepada setiap manusia. Fitrah
keagamaan ini akan tetap melekat pada manusia dari lahir sampai mati. Meskipun
manusia tidak mengakuinya, fitrah tauhid ini tetap ada, menentang atas adanya
Allah berarti menentang fitahnya sendiri. Dan dengan menentang fitrah tauhid
secara tidak langsung juga mengakui adanya fitrah tauhid.
Potensi fitrah tauhid sebagai kemampuan dasar
yang dibawa manusia sejak lahirnya juga terdapat dalam hadist Nabi Saw,
كل مولود علي الفطرة بواه يهودانه او ينصرانه او يمجسا نه (رواه البخاري)
Artinya: “Setiap
bayi yang dilahirkan itu di atas suci (fitrah), kedua orang tuanyalah yang
menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi” (H.R Bukhari)[6]
Demikianlah manusia ketika dilahirkan telah dianugrahkan potensi tauhid
yang bersifat kekal. Ini berarti keadaan instrinsik fitrah tetap sebagai suatu
keadaan yang tidak berubah sementara keadaan-keadaan ekstrinsik yang
bermacam-macam dari keimanan dan prilaku bisa berubah dan bersifat dinamis.
Fitrah manusia tidak hanya fitrah keagamaan masih ada ayat lain yang
membicarakan tentang penciptaan potensi manusia meskipun tidak menggunakan kata
fitrah, misal pada surat Ali Imran: 14 yang artinya, “telah dihiaskan kepada
manusia kecenderungan hati kepada perempuan (atau lelaki), anak lelaki (dan
perempuan) serta harta yang banyak berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang
ternak, dan sawah ladang” (Q.S Ali Imran:14). Begitu juga kesimpulan
Muhammad bin Asyur dalam tafsurnya sarat Ar-Rum: 30 yang menyatakan: “fitrah
manusia bentuk dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk, fitrah
yang berkaitan dengan manusia adalah apa ayng diciptakan oleh Allah pada
manusia yang berkaitan dengan jasmani
dan akalnya serta ruhnya.”[7]
Jadi fitrah berarti tabiat alami (karakter) yang dimiliki manusia baik dar
tinjauan lahiriahnya maupun rohaniahnya termasuk emosi, kecerdasan, instink,
bakat, seni, dan dorongan-dorongan yang bersifat manusiawi.
B. Konsep Potensi
Pendidikan Manusia
Fitrah sebagai potensi dasar yang dimiliki manusia bukan sesuatu yang
dibiarkan begitu saja, tetapi harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi
makhluk sempurna. Usaha yang bisa dilakukan manusia untuk mengembangkan fitrah
adalah dengan jalan pendidikan.
Konsep fotrah ini tidak terkecuali bagi
pendidik Muslim untuk berikhtiar menanamkan tingkah laku yang sebaik-baiknya,
karena fitrah itu tidak dapat berkembang dengan sendirinya. Konsep fitrah ini
memiliki tuntutan agar pendidikan Islam diarahkan untuk bertumpu pada tauhid.[8]
Sebagaimana firman Allah dalam surat Az-Zumar yang artinya: “Apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”. Dan
firman Allah dalam surat An-Nahl: 78 yang artinya, “Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kam bersyukur.” (Q.S An-Nahl:78)
Ayat–ayat diatas menunjukkan pentingnya suatu pendidikan bagi manusia, hal
ini dikarenakan manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
apapun, walaupun demikian sebenarnya Allah telah menganugerahkan kepada manusia
ketika masih dalam rahim berupa bakat dan kemampuan atau potensi (fitrah) yang
masih tersembunyi dan belum berkembang. Dengan dijadikannya indera dan akal
pada diri manusia, Allah memberikan sarana bagi pengembangan bakat dan melalui
pendidikan yang benar dan terarah.
Ibnu Khaldun memaknai fitrah sebagai potensi asas-asas yang mengalami
perubahan secara aktual setelah mendapat rangsangan (pengaruh) dari luar.
Menurutnya, jiwa apabila berada dalam fitrahnya yang asas (fitrah al-ula)
siap menerima kebaikan dan kejahatan yang datang dan melekat padanya.[9] Fitrah
itu sendiri tidak akan berkembang tanpa pengaruh lingkungan yang memungkin
dapat mengubah secara dramatis fitrah ketika lingkungannya tidak memungkinkan
menjadikannya lebih baik.[10]
Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran islam dalam hubungannya
dengan faktor anak didik ini adalah untuk menjaga, menyelamatkan dan
mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi fitrah as-salimah dan terhindar dari al-fitrah
ghairu as-salimah.[11]
Dari penjelasan di atas dapat disajikan beberapa dasar hadits Nabi Saw,
yang membahas hal di atas:
كل مولود علي الفطرة بواه يهودانه او ينصرانه او يمجسا نه (رواه البخاري)
Artinya: “Setiap bayi yang dilahirkan itu
di atas suci (fitrah), kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi,
nasrani atau majusi” (H.R Bukhari)
عن عبد البر عن انس : البوا العلم ولو بالصين فان طلب العلم فريضة علي كل مسلم
ان الملاءكة تضع اجنحتها لطا لب العلم رضا بما يطلب
Artinya: Hadits dari Ibn Abdi Bar dari
sahabat Anas r.a :”carilah ilmu sampai ke negeri cina, maka sesungguhnya
mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang islam, sesungguhnya malaikat
meletakkan sayapnya kepada orang yang mencari ilmu karena ridla kepada apa yang
dicari”.
اطلبوا العلم من المهد الي اللحد (رواه ابو عبد
البر)
Artinya: carilah ilmu mulai dari ayunan
sampai keliang kubur (lahad). (H.R Abu Abdul Bar)[12]
C. Analisa Konsep
Pendidikan Manusia Berdasarkan Hadits Nabi Muhammmad SAW
Dalam eksistensinya, manusia mengemban tugas untuk menjadi manusia ideal.
Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang dicita-citakan atau yang
seharusnya. Sebab itu, sosok manusia ideal belum terwujudkan melainkan harus
diupayakan untuk terwujudkan.
Untuk melaksanakan fungsi sebagai khalifah Allah Swt, membekali manusia
dengan seperangkat potensi. Dalam konsep ini, maka pendidikan Islam harus
mengupayakan yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia
secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam arti
berkemampuan menciptakan sesuai yang bermanfaat bagi diri, masyarakat dan
lingkungan.[13]
Dengan demikian, bahwa manusia adalah makhluk yang perlu dididik dan perlu
mendidik diri. Karena manusia mempunyai potensi dasar yang perlu dikembangkan
dan dididik, maka yang berhak untuk mengembangkan potensinya adalah pendidik.
Dalam hal ini pendidik yang pertama dan utama adalah kedua orang tua,
dilanjutkan guru di sekolah dan madrasah,dan disusul oleh masyarakat yaitu
orang-orang yang berada di lingkungan masyarakat. Pendidikan manusia tidak
dibatasi dengan ruang dan waktu, dimanapun berada manusia dapat mengenai
pendidika, baik itu di daerahnya maupun di luar daerahnya, dan dari kecil,
remaja, dewasa hingga orang tua, manusia diharuskan belajar, menuntut ilmu,
mencari ilmu pengetahuan, mendapatkan pendidikan yang sekiranya dapat menunjang
dan membantu dalam kelangsungan hidup mereka, karena yang baik dan ideal
manusia dalam menjalani aktifitas kehidupannya selalu berprinsip pada manusia
pembelajar.[14]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Fitrah berarti suatu bawaan yang melekat pada manusia yang dibawa sejak
lahir yang merupakan suatu potensi yang ada setiap diri manusia serta tabiat
alami (karakter) yang dimiliki manusia baik dar tinjauan lahiriahnya maupun
rohaniahnya termasuk emosi, kecerdasan, instink, bakat, seni, dan
dorongan-dorongan yang bersifat manusiawi.
Begitu sempurna ciptaan Allah, menciptakan manusia dengan berbagai potensi
yang berguna menjalani hidup di dunia. Dengan adanya potensi manusia
bertanggung jawab atas potensi dengan mengembangkan dan digunakan
sebaik-baiknya. Lewat jalur pendidikanlah potensi dapat berkembang dengan baik.
Fungsi pendidikan disini sangatlag penting, sebab pendidikan yang mampu
menata potensi-potensi manusia dan sudah jelas dalil-dalil al-Qur’an dan
al-Hadits yang menjelaskan pentingnya pendidikan.
B. Saran
Sebagai makhluk yang sempurna dan khalifah di
bumi seharusnya manusia bisa menjaga dan memelihara bumi dengan potensi-potensi
yang dimilikinya. Dan merupakan tanggung jawab yang harus dilakukan manusia
yaitu berpendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Teras
Falah, ahmad. 2010. Hadits Tarbawi, Kudus: Nora Media
Enterprise
Hasan, chalidjah. 1994. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Surabaya:
al-Ikhlas
Nizar, samsul. 2002. Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta: Ciputat Pres