NGURI-NGURI
AJARAN
AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH
Dalam era Glonalisasi ini, pertumbuhan aliran-aliran sesat dalam
tubuh Islam terus berkembang pesat. Dimana mereka semua mengaku mengikuti
ajaran Ahlussunah wal jama’ah, tetapi pada kenyataannya ajaran mereka sangat
menyimpang dari ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Adanya perbedaan pendapat
dalam aqidah (tauhid pokok) diantara mereka menjadi penyebab timbulnya
perpecahan di dalam ummat Islam.
Perpecahan pada ummat Islam sendiri dimulai pasca wafatnya Nabi
Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam. Tepatnya pada masa kekhalifahan
Ustman bin Affan Rodhiyallahu ‘Anhu, kemudian berlanjut pada masa
kekhalifahan ‘Ali bin Abi Tholib Karramallahu Wajhah. Pada saat itu
sudah mulai tampak perselisihan aqidah diantara para sahabat. Kemudian
berlanjut pada periode Salaf (300 tahun sesudah wafatnya Nabi SAW) hingga pada
periode Kholaf (kontemporer), pada masa Kholaf ini muncul golongan yang mengaku
salafy yang sangat berbahaya bai ummat Islam yaitu Wahabi.
Lahirnya aliran-aliran sempalan dalam Islam tidaklah muncul begitu saja.
Syekh Ja’far Shubani dalam kitab AL-milal Wan Nihal, menjelaskan tentang
sebab-sebab lahirnya firqah-firqah tersebut. Diantara penyebab munculnya
firqah-firqah yaitu, pertama adanya tendensi (kecenderungan) yang
dpengaruhi oleh kepartaian dan fanatisme kesukuan, yaitu perbadaan pendatan
dalam persoalan imamah (kepemimpinan ummat). Kedua, adanya kesalahfahaman serta
pemutarbalikan tentang pembatasan hakiakt agama. Ini disebabkan karena
keterbatsan daya fikir dan kurangnya penalaran sebagian meraka dalam menelaah
esensi agama. Ketiga, larangan menulis haidts Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi
Wasallam, menukil serta meriwayatkannya.
Dalam hal ini Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam sudah memprediksi akan adanya perpecahan faham
aqidah dalam ummat Islam. Dalam hadits beliau :
ستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة الناجية منها واحدة والباقون هلكى
قيل ومن الناجية ؟ قال أهل السنة والجماعة قيل ومن أهل السنة والجماعة قال ما أنا
عليه واصحابي (رواه ابن ماجه)
Artinya : ”Sesungguhnya ummatku (kelak) akan berpecah belah
menjadi 73 golongan. Golongan yang selamat diantaranya hanyalah satu, sedangkan
yang lainnya akan binasa”, Ditanyaka kepada Rosulullah, “Siapakah itu yang akan
selamat?”, Rosulullah menjawab, “Ahlussunnah Wal Jama’ah”, kemudian ditanyak
lagi, “siapakah mereka itu?”, Rosulullah menjawab,”yaitu mereka yang ajarannya
sesuai denganku dan para sahabatku.” (H.R Ibnu Majah)
Pada Hadits diatas disebutkan bahwasanya kelak ummat Rasulullah
akan terpecaah menjadi 73 golongan dan diataran golongan yang sesat itu
menyisakan satu golongan yang selamat (firqoh najiyyah), yaitu golongan yang ajarannya sesuai sunah
Rasul dan para sahabatnya. Sebagaimana yang dilukiskan dalam Hadits nabi: "ما انا عليه
واصحابي" , golongan inilah yang
disebut Alussunnah Wal Jama’ah.
Kriteria Ahlussunnah Wal
Jama’ah
Ahlussunnah wal jama’ah yang disebut Aswaja adalah suatu ideologi
Islam yang menganut i’tiqad dan amaliah Nabi Muhammad Shollahu ‘Alaihi
Wasallam dan para sahabatnya, serta mengikuti akhlak dari ulama’ salafusshalihin
dan berpegang teguh pada Al-qur’an dan Hadits sebagai rujukan utamanya,
lalu kemudian Ijma’ dan Qiyas.
Dalam sebuah Hadits, diriwayatkan ketika para sahabat bertanya
kepada Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam tentang kriteria
seseorang yang benar-benar mengikuti ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah. Kemudian
beliau menyebutkan kriteria seseorang yang mengikuti ajaran Aswaja, yaitu
ketika dia memilik cir-cir. Pertama, orang tersebut senantiasa
melaksanakan sholat lima waktu dengan berjama’ah. Kedua , tidak
menyebutkan para sahabat nabi dengan sebutan yang tidak baik. Ketiga, tidak
memberontak kepada pemimpin yang sah. Keempat, tidak ragu atas
keimanannya sendiri. Kelima, senantiasa iman kepada Qodlo’ dan Qodar
Allah Subhanahu Wata’ala. Keenam, tidak menhina agama Allah Subhnanahu
Wata’ala. Ketujuh, tidak mudah mengkafirkan saudara sesama muslim. Kedelapan,
tidak enggan menshalati sesama muslim yang sudah meniggal dunia. Kesembilan,
berpendapat bahwa diperbolehkannya mengusap kedua muzah pada saat
berpergian atau tidak (berada di rumah). Kesepuluh, bersedia shalat
(menjadi ma’mum) pada setiap orang yang baik dan tidak baik.
Ajaran-ajaran ahlussunnah wal
jam’ah
Diantara amaliah-amaliah ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah yaitu:
1.
Tawasul
Menurut
aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, berwailah kpeada orang yang masih hidup atau
yang sudah meninggal menurut Ijma’ ulama’ itu hukumnya mubah (boleh).
Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wata’ala yang berbunyi:
يا
أيها الذين آمنوا تقوا الله وابتغوا إليه الوسيلة .... (المائدة : 35
Artinya : “hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan
carilah (wasilah) jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya.” (QS. Al-maaidah:35)
Berkaitan dengan tawassul Rasulullah Shollallahu
‘Alaihi Wasallsam juga menganjurkannya, hal ini berdasarkan sebuah Hadits
shohih yang artinya “bertawassulah kalian semua kepadaku dan keluargaku,
karena sesungguhnya tidak akan ditolak orang yang bertawassul kepada kita” (HR.
Ibnu Majah).
2.
Ziarah
Kubur
Salah
satu dari beberapa amalan aswaja khususnya Kaum Nahdliyin adalah ziarah kubur,
menurut Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah berziarah ke makam para Nabi,
Waliyullah, orang-orang sholeh dan kedua orang tua hukumnya sunah. Sebagaimana
sabda Rasulullah Shollahu ‘Alaihi Wasallam :
كنت
نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها (رواه مسلم)
Artinya : “Dulu
Aku (Rosulullah) pernah melarang kalian semua untuk Ziarah Kubur, tetapi
sekarang berziarahlah kalian (HR. Muslim).
Rasulullah Shollallhu ‘Alaihi Wasallam juga menerangkan
dalam sebuah Hsdits-nya bahwa barang siapa yang berziarah kepada kedua orang
tuanya (yang sudah meniggal dunia) atau salah sat dari keduanya pada setiap
hari jum’at maka diampuni dosa-dosanya oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan
dia dicatat sebagai anak birrul walidain.
Tetapi salah satu ulama’ Wahabi mrngatakan bahwa Haram hukumnya
melakukan perjalanan untuk berziarahi makam Rasulullah, walaupun bagi mereka
yang melakukan ibadah Haji –Naudzubillah min dzalik-. Padahal menurut
ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah, berziarah ke makan Rasulullah itu sanagt
dianjurkan bagi yang mampu ke sana, sebagaimana disebutkan dalam Hadits, “barang
siapa yang datang menziarahiku dan tidaklah dai niatkan kecuali menziarahiku,
sesungguhnya dia berhak mendaoat syafa’atku.” (HR. Thabrani).
3.
Sholawat
Sholawat
merupakan ibdah sunah yang sangat dianjurkan oleh Syara’ sebagaimana firma
Allah Subhanahu Wata’ala
إنّ
الله وملئكته يصلّون على النّبيّ يا أيّها الّذين أمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما
(ألأحزب : 56
Artinya: “Sesungguhya
Allah dan malaikat-malaikatNya senantiasa bersholawat kepada Nabi, hai
orang-orang yang beriman bersholawatlah kepada kalian semua kepada Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).
Dalam Haditsnya Rasulullah menjamin
kepada siapapun yang memperbanyak membaca sholawat kepada beliau pada saat
hidupnya, maka Allah akan memerintahkan semua makhlukNya untuk memintakan
ampunan kepada Allah setelah ia meninggal dunia. Bahkan para ulama’ sepakat
bahwa sholawat adalah amal ibadah yang
pasti diterima oleh Allah untuk memuliakan Rasulullah.
Berbanding terbalik dengan pemahaman
diatas, dimana salah seorang ulama’ dari golonga wahabi mengatakan bahwa
Sholawat kepada Rasulullah dengan suara nyaring (jahr) yang dilakukan
setelah adzan hukumnya sama seperti seorang anak yang menikahi ibu kandungnya,
yakni Dosa Besar. Hal ini dia sampaikan ketika berada di dalam Masjid Ad-Daqqaq
Damaskus Syiria.
Berbagai aliran yang muncul dalam dunia
Islam memang telah meresahkan, terlebih lagi akhir-akhir ini muncul golongan
Salafy Wahabi yang telah melakukan teror ke santero dunia. Membawa semboyan
“Kembali pada Al-Qur’an dan Hadits” namun didalamnya malah mengandung
kesesatan-kesesatan yang sangat bertolak belakang dengan ajaran Allah dan
Rasulullah dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ummat Islam harus membentengi diri
mereka dari gelagat jaran yang menyamping tersebut, dan terus menjaga eksitensi
kesucian Islam tersebut dengan nguri-nguri ajaran Ahlussunnah Wal
Jama’ah. Wallahu A’lam.
Referensi:
1.
Al-Qur’an
dan terjemahannya
2.
Idhohu
Al-Mubham, Syaikh Ahmad Ad-Dumanhuri
3.
Syarah
Kifaya Al-Atqiya’, KH. M. Sya’roni Ahmadi
4.
Buku
Sejarah Bersekte Salafi Wahabi, Syaikh Idahram
artikel ini bukan sebagai acuan utama, namun sebagai pintu sebuah wawasan dalam belajar
jumlah katanya berapa min?
BalasHapus