Sabtu, 23 Mei 2015

Makalah Filsafat: Riwayat, Karya dan Filsafat Agustinus



MENYELISIK FILSUF ABAD PERTENGAHAN
(AGUSTINUS)
Disusun guna memenuhi tugas Tes Akhir Semester
Mata Kuliah : Filsafat
Dosen pengampu : Hj. Ulya, M.Ag

Disusun oleh :
Muhammad Haidarullah
NIM : 1410110559
                                                                                                   
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2014






PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

Abad Pertengahan dimulai sekitar abad ke-1 sampai abad ke-15. Abad Pertengahan berarti zaman tengah atau zaman yang menengahi dua zaman penting, yaitu zaman kuno (Yunai-Roma) da zaman modern. Suatu peralihan filsafat lazimnya ditandai dengan perbedaan dan dalam semangat berpikir atau proyek berpikir para filsuf. Perbedaan berpikir filsuf inilah yang membuat para sejarawan membedakan antara zaman yang satu dengan zaman lainnya. Semangat berpikir para filsuf Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama dan filsafat, yang sebelumnya tidak terjadi seperti ini. Oelh karena itu, telah terjadi perbedaan proyek berpikir dan karakter berpikir. Dan para filsuf yang hidup di Abad Pertengahan hampir semuanya menganut agama Kristen. Bahkan, mereka tergolong orang-orang penting dalam agama Kristen lantaran mereka terdiri dari golongan biarawan, seperti rahib, uskup, dan pemimpin biara.
Abad Pertengahan sering pula disebut Abad Kegelapan. Hal ini terjadi sejak Kaisar Justianus, tepatnya pada tahun 529, mengeluarkan undang-undang yang melarang ajaran filsafat apa pun di Athena. Tujuan dikeluarkannya undang-undang tersebut tentu saja untuk melindungi ajaran Kristen dari serangan orang-orang yang menganggap filsafat Yunani lebih bagus dari pada ajaran Kristen. Kendati demikian, kebebasan berpikir juga tampak. Hal ini terlihat dari berpikir filsuf Agustinus, yang mana filsafatnya bertahan selama 10 abad.
Di sini akan dibahas salah satu filsuf Abad Pertengahan, yaitu Agustinus. Untuk menambah pengetahuan dalam sejarah filsafat Abad Pertengahan.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana riwayat hidup Agustinus dalam berfilsafat?
2.      Apa karya Agustinus yang cukup terkenal dalam ilmu filsafat?
3.      Bagaimana filsafat Agustinus?



PEMBAHASAN

A.   Riwayat Hidup

Agustinus memiliki nama panjang Markus Aurelius Agustinus. Ia lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria), Afrika Utara, pada tahun 354. Ayahnya, Patricius, yang dianggap kafir karen tidak memeluk agama Kristen hingga kematiannya. Sedangkan ibunya, Monica, penganut agama Kristen yang saleh.
Awalnya, Agustinus menganut ajaran Manikeisme. Manikeisme mengajarkan dua prinsip dasar yang bertentangan, yaitu “yang baik” dan “yang jahat”. Akan tetapi, Agustinus belum menemukan kedamaian dalam ajaran ini. Karena itu, Agustinus meninggalkan ajaran Manikeisme dan menganut ajaran Skeptisisme yang mengajarkan bahwa tidak mungkin manusia mencapai suatu kebenaran.
Namun, ajaran Skeptisisme Agustinus juga tak bertahan lama. Agustinus kemudian beralih menganut ajaran Neoplatonisme setelah membaca karya Plotinus, Enneade. Ajaran ini yang terakhir dalam hidup Agustinus dan telah mengantarkannya untuk menganut ajaran yang paling akhir diyakininya, yaitu ajaran Kristen. Agustinus merasa nyaman dengan ajaran Kristen, sehingga seluruh hidupnya diserahkan pada kepentingan Tuhan Kristen. Karena itulah, pada tahun Agustinus dinisbahkan menjadi Imam. Melihat reputasinya yang cemerlang, empat tahun kemudain Agustinus diangkat sebagai uskup Hippo.
Pada tahun 430, Agustinus meninggal dunia dalam kesucian dan kemiskinan, karena seluruh hartanya diwariskan pada kepentingan ajaran Kristen dan Umat. Jasanya terbesar ialah (dapat dikatakan sebagai orang pertama) “merumuskan filsafat Kristen” dan sangat berpengaruh terhadap filsuf-filsuf sesuddahnya di Abad Pertengahan.

B.   Karya Agustinus

Agustinus menulis beberapa buku. Diantara buku-bukunya, dua karya yang cukup terkenal adalah sebagai berikut:
1.      Confession (pengakuan sekaligus puji-pujian kepada Allah)
2.      De Civitate Dei ( The City of God, tentang komunitas Allah)

C.   Filsafat

1.      Menolak Skeptisisme
Seperti telah disinggung sebelumnya, Agustinus pernah menganut Skeptisisme  namun akhirnya meninggalkannya. Menurut Agustinus, bahwa ia percaya dirinya (aku) dapat meragukan sesuatu di luar aku. Atau, aku dapat meragukan kepastian segala sesuatu. Akan tetapi, ketika aku meragkuan segala sesuatu, aku tidak dapat meragukan bahwa aku sedang meragukan segala sesuatu. Karena itu, menurut Agustinus harus ada yang diterima bahwa pasti aku sedang meragukan sesuatu. Dalam hal ini, muncul semboyan yang terkenal yaitu, “Kalau aku keliru, maka aku ada” (Si enim fallor, sum), atau “Kalau aku ragu-ragu, maka aku ada”.
Dalam ungkapan lain, setelah Agustius mempelajari Skeptisisme, ia kemudian tidak menyetujuinya karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Menurut Agustinus, daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi. Dengan argumen ini, Agustinus telah meruntuhkan Skeptisisme yang meragukan segalanya.

2.      Tentang Sumber Pengetahuan
Dari kritiknya terhadap Skeptisisme, Agustinus kemudian merumuskan tentang sumber pengetahuan manusia. Mennurut Agustinus, di dalam diri manusia sudah terdapat perangkat alamiah untuk menggapai pengetahuan atau kebenaran. Perangkat itu adalah indra. Akan tetapi, indra tidak dapat menangkap pengetahuan tanpa adanya idea-idea rohani (di sini terdapat pengaruh ajaran Plato mengenai idea-idea). Idea-idea rohani ini dipancarkan dari Tuhan.
Hal tersebut dapat diartikan bagaikan cahaya matahari yang menerangi penglihatan kita. Mata adalah perangkat ilmiah untuk mengetahui, sedangkan idea-idea adalah cahaya matahari. Tanpa cahaya matahari mata tidak dapat melihat karena tidak ada yang menerangi. Dengan demikian, lewat cahaya matahari yang dipancarakan oleh Tuhan, maka mata kita dapat mengetahui. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa dalam Epistemologi Agustinus, Tuhan adalah guru yang megajarkan pengetahuan terhadap manusia. Jika Tuhan tidak mengajarkan pengetahuan, manusia tidak akan pernah memiliki pengetahuan. Pengetahuan atau idea-idea yang dimiliki manusia bersumber dari Tuhan.
Dari pendapat Agustinus sebenarnya memperjelas idea-idea Plato. Bagi Plato, idea-idea berdiri sendiri, namun bagi Agustinus, idea-idea diciptakan dari Tuhan.

3.      Tentang Penciptaan Alam Semesta
Pandangan Agustinus mengenai alam semesta sangat berbeda dengan para filsuf Yunani pada umumnya yang mengatakan bahwa alam semesta berasal dari bahan atau materi tertentu seperti, air, api, tanah, udara, atom dan lain sebagainya. Menurut Agustinus, alam semesta diciptakan oleh Tuhan dari ketiadaan (cratio ex nihilo) atau lebih tepatnya Tuhan menciptakan alam semesta ini tidak menggunakan materi apapun. Dengan kata lain, Tuhan menciptakan alam semesta ini tidak menggunakan materi, tetapi langsung menjadikannya.
Jadi, materi, ruang dan waktu yang dapat kita indra serta rasakan ini menjadi ada setelah Tuhan menciptakannya. Sebelumnya tidak ada hal-hal tersebut. Karena itu, alam semesta ini tidak abadi dann bisa rusak. Sebab alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dan akan kembali pada Tuhan. Yang abadi hanyalah Tuhan itu sendiri sebagai pencipta alam semesta ini.


PENUTUP

A.   Simpulan

Agustinus salah satu filsuf Abad Pertengahan yang lahir di Tagasta, Numidia. Dalam hidupnya, Agustinus mempelajari bermacam filsafat diantaranya Skeptisisme, Manikeisme, Neoplatonisme. Dalam mempelajari macam ajaran filsafat, Agustinus akhirnya yakin pada ajaran Neoplatonisme yang mengantarkannya dalam agama Kristen dan seluruh hidup Agustinus diserahkan dalam agama Kristen. Selain itu juga, Agustinus aktif menulis dan menghasilkan beberapa karya ke dalam sebuah buku. Agustinus dapat dikatakan sebagai orang pertama yang “merumuskan filsafat Kristen”.
Dalam mempelajari Skeptisisme, Agustinus menolak dan menghapus, karena Skeptisisme meragukan segala sesuatu. Tapi, menurut Agustinus, ketika meragukan sesuatu, ada hal yang pasti tidak bisa diragukan yaitu, orang itu sendiri yang sedang meragukan sesuatu.
Sedang dalam sumber pengetahuan, Agustinus merumuskan bahwa dalam diri manusia sudah ada perangkat mencapai kebenaran yaitu indra. Dan indra dapat menangkap kebenaran dengan adanya idea-idea yang dipancarkan oleh Tuhan. Konsep ini memperjelas idea-idea milik Plato.
Pandangan Agustinus, alam semesta diciptakan oleh Tuhan dari hal yang tiada menjadi hal  yang ada atau langsung jadi ada. Semua yang mencakup materi itu ada setelah Tuhan menciptakan dan Tuhan bersifat kekal, sedang ciptaan Tuhan bersifat tidak kekal dan bisa rusak.




DAFTAR PUSTAKA


Arif Rahman, Masykur. 2013. Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat.Yogyakarta: IRCiSoD

Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umuum; Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hanafi, A. 1983. Filsafat Skolastika. Jakarta: Pustaka Alhusna

Tjhajadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual; Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman Yunani hingga Zaman modern. Yogyakarta: Kanisius

Achmadi, Asmoro. 2013. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar